This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 11 Juli 2013

Perdebatan Teori Pembentukan Bulan

Hal ini telah terjadi selama berabad-abad lamanya bagi para ilmuwan untuk menetapkan kisah bagaimana bulan tercipta sebagai satelit alam bumi kita. Namun seperti yang saya pelajari saat makan siang terakhir bersama Erik Asphaug, seorang ilmuwan planet di Arizona State University ternyata perdebatan tentang bagaimana bulan terbentuk masih jauh dari selesai.
Sebelum model tabrakan besar (giant impact) memperoleh pengakuan hampir empat dekade yang lalu, tiga model lain saat itu masih dalam perdebatan. Satu model berkata bahwa bulan tercipta karena terkondensasi dari materi kemudian berputar seperti awan debu yang menciptakan bumi. Namun model “biner” ini tidak dapat menjelaskan mengapa bulan lebih kecil dari Bumi dan bumi jauh lebih padat dari pada bulan dengan inti bulan bukanlah besi.
Model kedua menyatakan bahwa Bumi yang saat itu masih muda dan cair, berputar begitu cepat sehingga bagiannya terpecah kemudian melemparkan gumpalan magma raksasa ke ruang angkasa. Namun hari ini putaran bumi dan orbit bulan tidak sesuai dengan pola yang diprediksi oleh model “pembelahan”.
Dalam model ketiga, gravitasi bumi menarik bulan yang saat itu sedang berjalan dari bagian yang jauh dari tata surya. Skenario “penangkapan” inilah yang menarik sampai astronot Apollo membawa batu bulan ke bumi. Mineral di dalamnya ternyata mirip dengan yang ada di mantel Bumi – sama sekali tidak asing.

Ilustrasi pembentukan bulan pada sampul majalah National Geographic Juli. Sumber : nationalgeographic.com
Model tabrakan besar menjauhkan kita dari semua masalah ini. Ketika model ini diperkenalkan pada 1970-an, model ini sesuai dengan pandangan yang muncul tentang bagaimana tata surya secara keseluruhan telah terbentuk. Dalam pandangan itu, gas dan protoplanet berbatu tumbuh dalam piringan di sekitar matahari muda, bersaing dalam luar angkasa selama puluhan juta tahun. Tabrakan tidak dapat dihindari.
Sebagaimana Bumi kian bertambah besar, ia menarik beberapa objek seukuran Merkurius atau seukuran Mars. Tabrakan besar terakhir menyisakan dampak begitu sengit dan meninggalkan puing-puing permanen di orbit sekitar kita. Menurut model tabrakan besar, bulan tercipta dari sebagian besar puing-puing impactor/penabrak yang hancur kemudian menyatu. Impactor yang disebutkan merupakan sebuah protoplanet berbatu mirip dengan Bumi. Karena inti besi impactor tenggelam kedalam inti bumi maka mayoritas penyusun bulan adalah batu.
Tumbukan Besar dan Pertanyaan besar
Itu adalah gambaran yang teratur, dan telah menjadi kebijaksanaan ilmiah konvensional. “Lima tahun yang lalu, artikel ini akan menceritakan bahwa cerita tentang bulan telah terpecahkan,” kata Asphaug. “Namun sejatinya belum”
Hari ini, dia menjelaskan, para ilmuwan umumnya sepakat bahwa sesuatu yang besar telah menabrak bumi dan kemudian melahirkan bulan. Namun bukti terbaru telah menimbulkan keraguan terhadap rincian model tabrakan besar.
Analisis berkelanjutan batuan bulan misalnya, telah menunjukkan bahwa bulan dan mantel bumi tidak hanya mirip – mereka hampir identik. Unsur-unsur seperti oksigen, silikon, dan titanium datang dalam beberapa varietas, atau isotop. Campuran isotop ini cocok dan begitu erat yang menunjukkan bahwa tampaknya bulan telah terbentuk hampir seluruhnya dari fragmen Bumi, bukan dari penabrak atau impactor.
Salah satu langkah mengatasi masalah ini adalah untuk membangkitkan kembali gagasan reaksi fisi tua Bumi, tapi kali ini dengan dibantu oleh penabrak. Mengulang tabrakan kecil saat bumi sedang tumbuh seperti komidi putaran anak-anak, Asphaug mengatakan, sampai hal itu berputar dalam sekali setiap dua jam – kecepatan yang sangat tinggi bagi tubuh berbatu yang besar ini kemudian ditabrak oleh tabrakan kecil akan membuatnya nampak lonjong seperti telur. kata Asphaug, sambil memutar bentuk telur di meja makan siang.
Cepatnya putaran telur membuat bentuk planet berada di bawah tekanan sehingga satu tabrakan kecil – mungkin oleh protoplanet berukuran sepersepuluh ukuran Mars – dapat membuatnya “meledak,” Asphaug melanjutkan. Sebagian besar materi tersebar kedalam orbit Bumi, sehingga menciptakan bulan dengan bahan kimia campuran.
Kemungkinan lain adalah “tabrak lari” tabrakan oleh impactor besar yang melaju cepat sehingga setelah menabrak bumi ia meruntuhkan mantel bumi keluar angkasa, bulan tercipta dari pecahan-pecahan mantel ini yang kemudian mengumpul menjadi satu membentuk bulan kita saat ini. Atau mungkin bulan memang terbentuk dari penabrak/impactor, namun kemudian setelah impactor menabrak ia dilapisi dengan lapisan tebal material bumi dimana ia tetap di orbit selama setidaknya satu abad setelah dampak sebagai cakram uap berbatu yang sangat panas.
Tantangan kedua untuk model tabrakan besar adalah untuk menjelaskan mengapa sisi luar bulan yang tak terlihat oleh kita dari permukaan bumi lebih berpegunungan dan berkulit tebal dari pada sisi permukaan bulan yang kita lihat. Asphaug telah mengusulkan bahwa bumi memiliki bulan kedua yang mana ia menempel pada bulan yang lebih besar.
“Pintu terbuka lebar dan sekarang kita memiliki banyak gagasan,” kata Asphaug. “Mungkin akan ada yang lain ‘aha’ saat dalam lima tahun atau lebih.”
Tetapi untuk sekarang bulan masih memiliki misterinya sendiri.
Sumber : NationalGeographic.com


Beautiful Green Canyon



Objek wisata Green Canyon sebetulnya merupakan aliran sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang sangat mempesona karena penuh dengan keindahan lukisan alam stalaktit dan stalagmit. Posisi Green Canyon ini semakin populer keindahannya karena diapit oleh dua buah bukit, terdapat banyak bebatuan dan begitu rimbunnya pohon.

Memang bentuknya mirip dengan Green Canyon Amerika, begitu dikatakan oleh para warga setempat. Itulah asal mula kenapa tempat ini disebut Green Canyon.

Perahu tempel atau kayuh merupakan kendaraan yang bisa digunakan oleh setiap pengunjung yang hendak menuju Green Canyon ini. 

Perjalanan dimulai dari Dermaga Ciseureuh dan berjarak sekitar 3 km saja untuk mencapai lokasi maha indah itu. Di sepanjang perjalanan dari Dermaga Ciseureuh ke Green Canyon akan tersaji sungai dengan airnya yang berwarna hijau tosca. Dan disinyalir, karena warna air hijau seperti itulah yang akhirnya nama Green Canyon kemudian disematkan.

Ketika sudah sampai di Green Canyon, baru dari situlah dimulai petualangan menjelajahi air sungai yang begitu jernih, berwarna kebiru-biruan. Tapi pada saat saya berkunjung ke sana aliran airnya deras dan kondisi airnya berwarna keruh.  

Dari sini wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau merayap di tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk berenang. 
Meski harus menempuh cara seperti ini, perjalanan dijamin sepenuhnya aman. Bagi Anda yang membawa serta anak-anak juga, jangan khawatir karena wisata ini aman untuk mereka.

Rabu, 10 Juli 2013

Pantai Pangumbahan dan Pasir Putih Ujung Genteng



Pantai Pangumbahan Ujung Genteng terletak di 97 km selatan Kota Sukabumi atau 5 km arah barat dari pantai ujung genteng. Di pantai ini terdapat konservasi dan penangkaran penyu, di kelola oleh pemda setempat. Pengunjung bisa menyaksikan lebih dekat mengenai proses bertelurnya penyu di pantai pangumbahan ujung genteng. 

Pinggiran pantai ini masih di tumbuhi oleh pohon-pohon rindang dan subur, membuat udara menjadi lebih sejuk dan merupakan salah satu syarat ekosistem untuk tempat bertelur penyu-penyu. Kapan waktu yang tepat untuk menyaksikan moment penyu bertelur di pantai ini? Datanglah menjelang atau di antara bulan Agustus hingga bulan Maret. Karena bulan – bulan inilah penyu akan bertelur. Setiap malam pantai akan di datangi oleh belasan induk penyu yang akan bertelur. 

Tips untuk wisatawan yang ingin menyaksikan proses ini secara langsung sebaiknya menyiapkan perlengkapan tambahan untuk kegiatan malam hari, botol minum dan beberapa makanan kecil serta jaket untuk menahan angin laut. Karena selama di lokasi anda tidak akan menemukan toko atau warung yang buka pada hampir tengah malam, selain itu anda juga harus menunggu lumayan lama untuk menyaksikan proses penyu bertelur, perlu waktu hingga 2-3 jam untuk mengamati dan menyaksikan induk penyu bertelur dan kembali ke lepas pantai. Penyu betina yang bertelur bisa mencapai 80-200 butir dan itupun dimulai dari usia 20 hingga 100 tahun.

Pusat penangkaran penyu telah membangun  6  pos pengamatan yang disiapkan bagi para pengunjung.  Masing-masing pos  akan menampung sejumlah kumpulan pengunjung, tentu dibatasi jumlahnya agar tidak terlalu padat dan ramai sehingga mengganggu proses bertelurnya Penyu.

Pantai pangumbahan akan ramai menjelang pukul 17.00, banyak petugas datang dengan keranjang tungkik, menyaksikan secara langsung penyu-penyu kecil ( tungkik ) yang dilepas di laut, menjadi pemandangan dan pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Sekedar informasi bagi anda yang ingin menginap, anda bisa menemukan banyak penginapan di sekitar pantai untuk hal ini biaya penginapan termasuk cukup mahal, alternatif lainnya adalah mendirikan tenda dan berkemah di pinggir pantai atau anda bisa menginap di rumah penduduk. Anda perlu membawa perbekalan uang yang lebih, karena pantai pangumbahan, ujung genteng merupakan salah satu wisata berkelas dengan biaya yang cukup mahal di banding wisata Pantai Pangandaran.



Pengumuman peserta sertifikasi Guru tahun 2013


Evaluasi hasil UKG dan persyaratan sertifikasi guru 2013, daftar calon peserta sertifikasi guru tahun 2013 dapat dilihat melalui tautan berikut ini :


Silahkan jika ingin cepat anda tinggal klik pencarian sebelah pojok kanan atas dan masukan NUPTK 16 digit yang anda miliki

Kemudian tunggu loading  informasinya:

1.   Jika Warna Hijau anda sudah termasuk peserta sertifikasi 2013. Selamat !

2.  Jika Warna Merah anda belum termasuk peserta sertifikasi 2013, hal ini dikarenakan anda belum termasuk kuota (guru bidang studi yang bersangkutan cukup banyak sehingga harus mengantri) & masa kerja anda belum mencukupi karena sesuai syarat ditetapkan sudah menjadi guru pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan tanggal 30 Desember 2005. Jangan kecewa karena anda akan dicatat sebagai calon peserta sertifikasi pendidik tahun berikutnya.


Untuk informasi lainnya tentang peserta sertifikasi guru tahun 2013 dapat dilihat tautan-nya dengan meng-KLIK Beranda pada pojok kanan atas situs tersebut.


Diantaranya informasi tentang:

  1. Pedoman Penetapan Peserta 
  2. Daftar guru belum bersertifikat pendidik
  3. Sertifikasi Guru dalam jabatan Tahun 2013 : Buku 1  
  4. Informasi OSN Guru 
  5. Diklat Pasca UKA 
  6. Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru 
  7. Materi PLPG 
  8. Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal 
  9. Informasi Calon Peserta Sertifikasi Guru












Curug Tujuh Cibolang

Nama lain dari Curug Cibolang adalah Curug Tujuh. Sesuai dengan namanya curug ini mempunyai 7 (tujuh) buah air terjun (curug) yang tersebar dan tidak berjauhan letaknya.  Bahkan curug 4 dan 5 letaknya berdampingan hanya terpisah kurang lebih 2 meter jaraknya, sehingga dengan demikian untuk dapat menikmati keindahan dan keasrian ketujuh air terjun tersebut, adalah dengan cara mengitari bukit, menapaki jalan setapak mulai dari kaki ke puncak bukit dan kembali lagi.

Setiap curug ini memiliki nama yaitu, Curug Satu, Curug Dua, Curug Tiga, Curug Cibolang, Curug Cimantaja, Curug Cileutik dan Curug Cibuluh. Ketujuh curug ini mengalirkan air ke sungai Cibolang dan Cimantaja. 

Curug ini berada di dalam Kawasan Wana Wisata Curug Tujuh di RPH Panjalu BKPH Ciamis KPH Ciamis, dengan luas sekitar 40 ha yang dikelilingi Bukit Ciparang dan Cibolang di kaki Gunung Sawal.  Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 800-900 m dpl dengan suhu  udara berkisar 17-18C.

Keberadaan Curug ini mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan kebanyakan air terjun lain pada umumnya, karena air terjun ini tidak pernah surut sekalipun di musim kemarau, dan air yang mengalir mengandung unsur belerang yang berkhasiat untuk penyembuhan beberapa penyakit. 

Lokasi
Terletak di Kampung Nanggela, Desa Sandingtaman, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.

Peta dan koordinat GPS: 108.193176,-7.06964,0

Aksesbilitas

Berjarak kurang lebih 35 km arah utara kota Ciamis atau 5 km dari kecamatan Panjalu.  Wana wisata ini dapat dicapai dari arah barat dari Kecamatan Panjalu atau kota Bandung melalui Malangbong, Ciawi dan Rajapolah.  Sedangkan dari arah timur dari Kabupaten Ciamis melalui kecamatan Kawali.  Kondisi jalan pada umumnya beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua baik kendaraan umum atau pribadi.

Jika berangkat dari arah barat (arah Bandung) setelah melewati kecamatan Ciawi akan ditemui jalan percabangan dimana ke kiri menuju kota Tasikmalaya, sedangakan arah lurus (melewati over pass) menuju arah Rajapolah yang selanjutnya ke kota Ciamis.  Sesampainya di daerah gentong, kira-kira lima menit dari percabangan tadi, ambil belokan ke kiri di pertigaan SPBU Gentong untuk menuju Panjalu.

Ikuti saja jalan ini, dikenal dengan jalan raya Panjalu - Kawali, melewati Situ Panjalu,



Prinsip-Prinsip Geografi

PRINSIP GEOGRAFI

Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain. Secara teoritis prinsip geografi terdiri dari prinsip penyebaran (distribusi), prinsip sebab akibat (interelasi), prinsip penggambaran (deskripsi), dan prinsip gabungan (korelasi).

1. Prinsip penyebaran (distribusi)
prinsip ini mengkaji gejala dan fakta geografi baik yang berkenaan copi dengan alam maupun yang berkenaan dengan manusia yang tersebar di permukaan bumi. penyebaran dan gejala dan fakta geografi di permukaan bumi tidak merata di setiap wilayah. dengan melihat dan menggambarkan berbagai gejala dan fakta geografi dalam peta, maka kita akan dapat mengungkapkan  hubungannya antara satu sama lainnya. selanjutnya juga akan dapat memprediksi keadaanya di kemudian hari. prinsip penyebaran menjadi kunci utama pada studi geografi karena dengan prinsip ini dapat pula copi dijelaskan prinsip-prinsip lainnya.

contoh:

  • Persebaran copi flora dan fauna di Indonesia yang dibagi menjadi 3 bagian menurut garis Wallace dan garis Weber. Alasan .... (dapat dikaji dalam prinsip prinsip sebab akibat (interelasi), prinsip penggambaran (deskripsi), dan prinsip gabungan (korelasi).
  • Penduduk di daerah suburnya biasanya membuat pemukiman yang mengelompok, sedangkan penduduk copi di daerah pegunungan membuat pemukiman yang tersebar. alsan .... (dapat dikaji dalam prinsip sebab akibat (interelasi), prinsip penggambaran (deskripsi), dan prinsip gabungan (korelasi).
  • Persebaran kandungan minyak bumi dan gas di wilayah Indonesia tidaklah merata, lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat, sedangkan di wilayah Indonesia bagian timur lebih banyak mengandung bahan mineral 


2.  Prinsip sebab akibat (interelasi)
setelah melihat gejala dan fakta geografi dalam penyebarannya yang tidak merata dalam ruang atau wilayah-wilayah tertentu, akan dapat diungkapkan pula hubungan satu sama lain. prinsip interelasi dapat copi mengungapkan hubungan antara faktor fisik dengan faktor fisik, faktor manusia dengan faktor manusia, dan faktor fisik dengan faktor manusia. dari hubungan tersebut akan dapat diungkapkan karakteristik gejala atau fakta geografi di tepat atau wilayah tertentu. interlasi/hubungan sebab-akibat gejala, fakta, atau faktor tersebut dapat diukur secara matematik dengan metode kuantitatip.

contoh:
  • Indonesia menjadi wilayah rawan gunung meletus karena copi dilewati oleh tiga sistem pegunungan api dunia (ring of fire).
  • tingkat kriminalitas di kota-kota besar masih lebih tinggi dibandingkan dengan di desa karena ....
  • banjir di kota jakarta seringkali diakibatkan oleh perilaku penduduk yang tidak mempedulikan kelestarian lingkungan.
  • usaha pembukaan lahan di hutan untuk keperluan area pertambangan akan menyebabkan terjadinya penebangan hutan dan berubahnya ekosistem satwa dan tumbuhan di area hutan tersebut
 3. prinsip penggambaran (deskripsi)
penjelasan atau deskripsi merupakan suatu prinsip dalam studi geografi untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala atau masalah yang copi sedang dikaji. prinsip ini dapat dijelaskan melalui kata-kata, diagram, grafik, atau tabel. bentuk-bentuk deskripsi tersebut akan memberikan penjelasan tentang apa yang sedang dikaji.

contoh:
wilayah rawan banjir di DKI Jakarta 30 persen berada di jakarta timur, 20 persen di jakarta barat, 10 persen di jakarta pusat, 20 pesen di jakarta selatan, dan 20 persen di jakarta barat. buat tabel, diagram, dan grafiknya ....

4. Prinsip gabungan (korelasi)
prinsip ini merupakan prinsip geografi yang komperhensif karena memadukan prinsip-prinsip lainnya. prinsip korologi merupakan ciri copi dari geografi modern yang diperkenalkan oleh Alfred Hettner. pada prinsip ini gejala, fakta, dan maslah ditinjau dari penyebararannya, interelasinya, dan interaksinya dalam ruang. faktor, sebab, dn akibat terjadinya suatu gejala atau masalah selalu terjadi dan tidak dapat dilepaskan dari ruang yang bersangkutan. ruang ini memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk karena ruang merupakan satu kesatuan utuh.

contoh:
titik banjir di jakarta terpusat di sekitaran daerah aliran sungai ciliwung, pesanggrahan, dan kali angke. wilayah rawan banjir di DKI Jakarta 30 persen berada di jakarta timur, 20 persen di jakarta barat, 10 persen di jakarta pusat, 20 pesen di jakarta selatan, dan 20 persen di jakarta barat. banjir tersebut seringkali diakibatkan oleh perilaku penduduk yang tidak mempedulikan kelestarian lingkungan seperti copipaste tugas membuang sampah sembarangan, alih fungsi lahan di hulu sungai, dsb. hulu sungai-sungai tersebut meliputi wilayah bogor dan depok. jadi, untuk meminimalisir dampak banjir di jakarta diperlukan kerjasama antara pemimpin dan masyarakat bogor, depok, dan jakarta (komperhensif=menyeluruh).